Minggu, 21 Agustus 2016

Ta'limul Abna`i (14)

Kajian Bunayya
[ Pertemuan ke 14 ]
Dari kitab :Ta'limul Abna`i Akidatus Salafis Shalih.
Mengajarkan kepada Anak Akidah As-Salaf As-Shalih.
Karya: Syaikh Abu Abdil A'la Khalid bin Muhammad bin 'Utsman Al Mishri hafizhahullah.​
....................................
Allah Berada Di Atas Al 'Arsy Al 'Azhim.
Ananda, tahukah kamu dimana Allah Ta'ala?
Rabb kita Dzat Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung berada di atas langit yang ketujuh, di atas Al 'Arsy Al 'Azhim.
Allah ta'ala berfirman:
"Ar Rahman beristiwa' di atas Al 'Arsy." (Q.SAsy Syura: 5)
Istiwa' Allah di atas Al 'Arsy maksudnya bahwa Allah tinggi di atas 'Arsy-Nya; di atas semua makhluk; di atas ketujuh langit yang ada.
Meskipun demikian Allah menyertai mereka, melihat mereka, kemanapun mereka pergi. Mengetahui keadaan mereka dan mendengar ucapan mereka dimanapun mereka berada.
Karena itulah, ketika kita mengangkat kedua tangan saat berdoa, kita mengangkatnya ke atas dan ketika kita sujud, kita membaca:
سبحان ربي الأعلى
"Maha suci Rabb-ku yang Maha Tinggi."
Apabila kamu ditanya oleh seseorang, "Dimanakah Allah? Dimanakah Rabb kita?"
Semoga jawabanmu:  "Allah di atas Al 'Arsy".
(Itulah jawaban yang benar).
Jangan kamu menjawab: "Allah berada di mana-mana".  (Itu jawaban yang salah)
Sebab Nabi kita Shallallahu 'alaihi wa Sallam telah menanyakan hal itu kepada budak wanita kecil, "Dimanakah Allah?" Dia menjawab: "Di langit."
Berikut ini kisahnya..
Nantikan lanjutannya dipekan depan ya bunayya.
Bersambung insya Allah...
Diterjemahkan oleh: Al Ustadz. Abu Hudzaifah Ahmad bin Kadiyat حفظه الله ورعاه.
Dipublikasikan: Sabtu, 11 Jumadil Awwal 1437H || 20 Februari 2016M.
http://saalikatmanhajsalaf.blogspot.co.id/
bit.ly/Saalikat_ManhajSalaf
Majmu'ah Saalikat Manhaj Salaf

Ta'limul Abna`i (13)

Kajian Bunayya
[ Pertemuan ke 13 ]

Dari kitab :Ta'limul Abna`i Akidatus Salafis Shalih.

Mengajarkan kepada Anak Akidah As-Salaf As-Shalih.

Karya: Syaikh Abu Abdil A'la Khalid bin Muhammad bin 'Utsman Al Mishri hafizhahullah.​

....................................

Bunayya, pekan ini kita masih melanjutkan tentang Ihsan, disimak yaa...

Allah mencintai orang-orang yang sabar.
Allah menyertai mereka, menguatkan dan membantu mereka.

Sabar termasuk sifat yang sangat mulia yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya sebagaimana disabdakan Nabi kita Shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Tidaklah seseorang diberi sesuatu yang lebih luas daripada kesabaran."

Jika ada sesuatu yang tidak kamu sukai menimpa, wajib bagimu bersabar dan mengatakan:

" Qaddarallahu Wa masya-a fa'ala"  (Sudah menjadi takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti Dia lakukan).

Juga kamu katakan: " innalillahi wa inna ilaihi raaji'uun"  (Sesungguhnya kita milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kita kembali)

Janganlah kamu mengatakan ucapan yang bisa menimbulkan kemurkaan Allah.

Contohnya; apabila kamu terluka atau merasakan sakit, hendaknya kamu bersabar dan mengucapkan doa seperti yang telah diajarkan kepada kita oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Dan, kamu mengetahui bahwa apa yang menimpamu adalah dengan takdir Allah untuk menguji kesabaranmu. Jika kamu termasuk orang-orang yang sabar, maka Allah akan mencintaimu.

Ya Allah berikanlah kepada kami kecintaan terhadap-Mu, kecintaan terhadap orang yang mencintai-Mu dan kecintaan terhadap setiap amalan yang bisa mendekatkan diri kami kepada kecintaan-Mu.

Bersambung Insya Allah...

Diterjemahkan oleh: Al Ustadz. Abu Hudzaifah Ahmad bin Kadiyat عفا الله عنه.

Dipublikasikan: Ahad, Rabi'ul Akhir  1437H || Februari 2016M.

http://saalikatmanhajsalaf.blogspot.co.id/
bit.ly/Saalikat_ManhajSalaf

Majmu'ah Saalikat Manhaj Salaf

Ta'limul Abna`i (12)

Kajian Bunayya
[ Pertemuan ke 12 ]

Dari kitab : Ta'limul Abna`i Akidatus Salafis Shalih.

Mengajarkan kepada Anak Akidah As-Salaf As-Shalih.

Karya: Syaikh Abu Abdil A'la Khalid bin Muhammad bin 'Utsman Al Mishri hafizhahullah.​
....................................

Yaa bunayya, pekan ini kita masih membahas tentang IHSAN,

Pada pertemuan terakhir Asy Syaikh menasihatkan "Wajib bagi kita beribadah kepada Allah sesuai dengan petunjuk nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam."

________
Apabila kamu telah melakukan yang seperti itu, wahai anakku, maka kamu telah bertakwa kepada Allah dan berbuat ihsan dalam amalanmu.

Dengan cara seperti itu maka Allah akan mencintaimu. Dan jika Allah telah memcintaimu, maka kamu telah beruntung menggapai sesuatu yang terbesar yang bisa kamu gapai di dunia ini.

Sifat mahabbah (Kecintaan yang dimiliki oleh Allah) wahai orang yang kucintai, adalah sifat agung di antara sifat-sifat Allah 'Azza wa Jalla).

Allah Ta'ala telah menjadikan tanda kejujuran kecintaan seseorang kepadanya ada dalam mengikuti perintah-perintah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Allah Ta'ala berfirman dalam surat Ali Imran:

"Katakan (wahai Nabi) : "Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku! Niscaya Allah akan mencintai kalian." (Q.S Ali Imran: 31)

Bersambung Insya Allah....

✍ Diterjemahkan oleh: Al Ustadz. Abu Hudzaifah Ahmad bin Kadiyat عفا الله عنه.

Dipublikasikan: Ahad, 7 Rabi'ul Akhir 1437H || 17 Januari 2016M.

http://saalikatmanhajsalaf.blogspot.co.id/
bit.ly/Saalikat_ManhajSalaf

Majmu'ah Saalikat Manhaj Salaf

Ta'limul Abna`i (11)

Kajian Bunayya
[ Pertemuan ke 11 ]

Dari kitab :Ta'limul Abna`i Akidatus Salafis Shalih.

Mengajarkan kepada Anak Akidah As-Salaf As-Shalih.

Karya: Syaikh Abu Abdil A'la Khalid bin Muhammad bin 'Utsman Al Mishri hafizhahullah.​
....................................

Yaa bunayya, pada pekan lalu telah dijelaskan tentang IHSAN,

Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah seakan-seakan kamu melihat-Nya dan jika kamu tidak mampu seakan-akan melihat-Nya maka Dia melihatmu.

Apa makna ucapan di atas?

Maknanya: apabila engkau menjalankan ketaatan apapun bentuknya: shalat, puasa, doa, biirul walidain, menyembelih untuk kurban, istighfar, menghafal Al Qur'an dan hadits, dan amalan-amalan ketaatan lainnya yang kamu gunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, maka kamu menjalankannya di atas ilmu dan keyakinan bahwa Allah melihatmu ketika kamu menjalankan amalan-amalan shalih itu.

Jadi, sudah selayaknya kamu memperbagus amalanmu dengan memaksudkannya untuk mengharap wajah Allah semata.

Janganlah kamu melakukannya agar temanmu mengatakan; "Kamu benar-benar pemuda yang shalih."

Jangan pula kamu menjalankannya hanya untuk menjadikan kedua orang tuamu senang, lalu kamu cukupkan niatmu sampai di situ. Atau kamu berniat agar kamu semakin dekat dan disenangi oleh gurumu, lalu ia memberikan nilai yang bagus kepadamu saat ujian atau membantumu mengulang pelajaran.

Akan tetapi, lakukanlah amalan shalih itu semua karena kamu cinta kepada Allah dan mengharapkan kecintaan-Nya.

Termasuk ketakwaan dan termasuk perbuatan ihsan yang wajib dalam menjalankan amalan ketaatan adalah kamu jalankan ketaatan itu sesuai dengan cara yang diajarkan kepada kita oleh Rasul kita Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kita shalat sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam shalat.

Sebagaimana yang disabdakan olehnya:

"Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat bagaimana aku shalat."

Kamu puasa dengan cara yang telah beliau ajarkan kepada kita. Demikian pula ibadah-ibadah yang lainnya, jalankan seperti itu!

Jadi, tidak boleh wahai putraku! Wahai putriku! Kita beribadah kepada Allah dengan cara kita sendiri. Bahkan wajib bagi kita beribadah kepada Allah sesuai dengan petunjuk nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Bersambung Insya Allah....

✍ Diterjemahkan oleh: Al Ustadz. Abu Hudzaifah Ahmad bin Kadiyat عفا الله عنه.

Dipublikasikan: Sabtu, 28 Rabi'ul Awwal 1437H || 9 Januari 2016M.

http://saalikatmanhajsalaf.blogspot.co.id/
bit.ly/Saalikat_ManhajSalaf

Majmu'ah Saalikat Manhaj Salaf

Ta'limul Abna`i (10)

KAJIAN BUNAYYA
[ Pertemuan. 10 ]

Dari kitab : Ta'limul Abna`i Akidatus Salafis Shalih.

MENGAJARKAN KEPADA ANAK AKIDAH SALAFUS SHALIH.

Karya: Syaikh Abu Abdil A'la Khalid bin Muhammad bin 'Utsman Al Mishri hafizhahullah.​
...............

ALLAH MAHA ESA, DZAT & SIFATNYA TIADA PUNYA ISTRI DAN TIADA PULA ANAK.

3. Allah adalah Al 'Awwal; tiada sesuatu apapun yang mendahuluinya.

Sehingga tidak dijumpai ayah dan ibu sebelum Allah 'Azza wa Jalla, seperti halnya manusia. Sebab Allah tidak serupa dengan manusia.

Sebagaimana telah kita pelajari sebelumnya dari ayat di atas.

Demikian pula, Allah tidak punya istri dan tidak pula anak. Sebab Allah maha esa lagi kaya, tidak butuh istri dan tidak butuh pula anak.

4. Allah adalah Ash-Shamad, yaitu: bahwa Allah satu-satunya yang dituju oleh setiap makhluk dalam mencari pemenuhan kebutuhannya.

5. Firman-Nya: "Dan tidak ada sesuatu apapun yang setara dengannya."

Maknanya: Tidak ada yang setara dengan Allah, tidak ada yang serupa dengan-Nya, tidak ada tandingan bagi-Nya, tidak ada yang mirip dengan-Nya dan tidak ada yang semisal dengan-Nya.

Sudah pahamkah kita?

- Tidak ada yang setara dengan Allah.

️- Tidak ada yang serupa dengan Allah.

️- Tidak ada tandingan bagi Allah.

️- Tidak ada yang mirip dengan Allah.

- Tidak ada yang sama atau semisal dengan Allah.

Bersambung insya Allah..

Alih Bahasa: Al Ustadz Abu. Hudzaifah bin Ahmad kadiyat.

Dipublikasikan:Sabtu, 07 Rabi' Al Awwal 1437H || 19 Desember 2015M.

bit.ly/Saalikat_ManhajSalaf
http://saalikatmanhajsalaf.blogspot.co.id/

Majmu'ah Saalikat Manhaj Salaf

Ta'limul Abna`i (9)

KAJIAN BUNAYYA
[ Pertemuan. Ke 9 ]

Dari kitab : Ta'limul Abna`i Akidatus Salafis Shalih.​

MENGAJARKAN KEPADA ANAK AKIDAH SALAFUS SHALIH.

Karya: Syaikh Abu Abdil A'la Khalid bin Muhammad bin 'Utsman Al Mishri hafizhahullah.​​

____________

ALLAH MAHA ESA, DZAT & SIFATNYA TIADA PUNYA ISTRI DAN TIADA PULA ANAK.

Allah Ta'ala berfirman dalam surat Al Ikhlas:

"Katakanlah: Allah Maha esa. Allah tempat bergantung segala sesuatu. Tiada beranak dan tiada pula diperanakan. Dan tiada pula tandingan yang setara dengan-Nya." (Q.S al ikhlas: 1-4).

Surat yang mulia ini termasuk surat yang ringkas dalam Al Qur'an, akan tetapi menyamai sepertiga Al Qur'an sebagaimana yang dikabarkan kepada kita oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Kita bisa mengambil banyak ilmu dari surat ini, di antaranya:

1. Allah Maha Esa dzat, rububiyah, uluhiyah, dan asma dan sifat-Nya.

2. Allah memiliki sifat-sifat yang mulia, tidak disamai oleh sifat makhluk-makhluk-Nya.

Allah telah mengabarkan kepada kita tentang sifat-sifat ini dengan makna yang bisa kita pahami dan bisa dicerna oleh akal kita. Akan tetapi Dia tidak mengabarkan kepada kita bagaimana bentuk maupun keadaan sifat tersebut.

Allah menjadikan bentuk dan keadaan sifat tersebut ghaib yang kita tidak diperkenankan untuk bertanya tentangnya dan mencari-cari pengetahuan tentangnya. Sebab, bagaimanapun kita berusaha untuk mengetahui bagaimana bentuk dan keadaannya, kita tidak akan mampu.

Oleh sebab itu, wajib bagi kita wahai anak-anak yang bertauhid untuk menghafal firman Allah Ta'ala:

ليس كمثله شيء، وهو السميع البصير.

"Tiada sesuatu apapun yang serupa dengan-Nya. Dia Maha mendegar lagi Maha melihat."

Dan untuk tidak hilang ayat ini dari benak kita saat kita membaca ayat-ayat maupun hadits yang berisikan sifat-sifat Allah Ta'ala.

Bersambung insya Allah...

✍ Alih Bahasa : Al Ustadz. Abu Hudzaifah Ahmad bin Kadiyat حفظه الله.

Dipublikasikan: Sabtu, 23 Shafar 1437H || 05 Desember 2015.

http://saalikatmanhajsalaf.blogspot.co.id/
bit.ly/Saalikat_ManhajSalaf

Majmu'ah Saalikat Manhaj Salaf

Ta'limul Abna`i (8)

KAJIAN BUNAYYA
[ Pertemuan ke 8 ]

Dari kitab : Ta'limul Abna`i Akidatus Salafis Shalih.

⚪ MENGAJARKAN KEPADA ANAK AKIDAH SALAFUS SHALIH.

Karya: Syaikh Abu Abdil A'la Khalid bin Muhammad bin 'Utsman Al Mishri hafizhahullah.​
____________________

Orang-orang Nasrani menyembah Isa Al-Masih 'alaihis salam dan mengatakan bahwa Al Masih adalah anak Allah. Padahal Allah tidak punya istri dan tidak pula anak.

Allah Ta'ala berfirman:

"Sungguh telah kafir orang-orang yang menyatakan bahwa Allah adalah Al Masih ibnu Maryam! Al Masih mengatakan, "Wahai Bani Israil, beribadahlah kepada Allah; Rabb-ku sekaligus Rabb kalian! Sesungguhnya siapa yang berani menyekutukan Allah, maka Allah mengharamkan surga baginya dan tempat tingga ia di neraka. Tiada penolong bagi orang-orang yang zhalim (musyrik)." (Q.S Al Maidah: 72).

Orang-orang yahudi dan nashrani membangun masjid-masjid di atas kuburan para nabi, para rahib, qissis (pendeta) dan orang-orang shalih, lalu beribadah kepada mereka di sisi Allah dan menyembelih untuk mereka.

Ummul mukminin 'Aisyah radhiallahu 'anha telah meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam saat beliau sedang sakit menjelang ajal:

🌪"Laknat Allah bagi orang-orang yahudi dan nasrani, mereka telah menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid."

Ummul Mukminin mengatakan, "Beliau mengingatkan agar umat ini berhati-hari dari apa yang mereka lakukan."‼️

Oleh sebab itu, MEMBANGUN MASJID DI ATAS KUBURAN HARAM HUKUMNYA di dalam ISLAM.

Bersambung insyaa Allah...

Alih Bahasa : Al Ustadz. Abu Hudzaifah Ahmad bin Kadiyat حفظه الله.

Dipublikasikan:
Sabtu, 16 Shafar 1437H || 28 November 2015M.

https://tlgrm.me/Saalikat_ManhajSalaf
http://saalikatmanhajsalaf.blogspot.co.id/

Majmu'ah Saalikat Manhaj Salaf